Sumber : http://kolombloggratis.blogspot.com/2011/03/cara-membuat-readmore-otomatis-di-blog.html#ixzz2MUKihpy6

Pages

Kamis, 11 Februari 2016

My Hijrah, My Adventure ^_^

Hijrah.... Memulainya mungkin mudah. Tapi menjaganya untuk tetap istiqomah sepanjang usia, itu adalah hal yang susah. Namun selama niatnya lillah tak boleh ada kata lelah untuk tetap berusaha istiqomah hingga tutup usia. Hamasah!!!! ^_^

Berbicara tentang hijrah, aku ingin sedikit berbagi cerita tentang perjalanan hijrahku. Maaf, ya, kalau gak menarik, hehee... Begini ceritanya..... ;)

Hijab, Kerudung, Jilbab. Bukanlah hal yang asing dalam kehidupanku. Sedari kecil, aku sudah terbiasa memakainya. Namun hanya aku pakai pada saat-saat tertentu saja. Dari TK sampai SD kelas 6, aku pakai hijab hanya pada saat akan mengaji. Tak berbeda jauh - ketika aku menginjak bangku SMP - aku memakai kerudung hanya pada hari jum'at saja. Itupun karena mengikuti peraturan sekolah. Sesampai di rumah, kutanggalkan kembali dia (kerudung). Padahal aku sudah mulai baligh, astaghfirullah... Pada saat mau lulus SMP, aku sempat berniat untuk memakai kerudung ketika SMA, dimanapun nanti aku diterima, di sekolah umum ataupun madrasah. Tapi saat itu, niatku masih salah, bukan karena Allah Ta'ala. Aku berniat memakai kerudung, karena aku ingin berusaha menutupi punuk unta di punggungku yang sudah semakin menonjol. Satu hal, karena pada saat itu aku malu memiliki tubuh yang berbeda dengan teman-temanku yang normal, karena skoliosis-ku. Tapi sekarang, justru aku sangat bersyukur diberikan keistimewaan berupa skoliosis oleh Allah SWT. Karena tidak semua hamba-Nya bisa mendapatkan keistimewaan tersebut. Sudah tidak ada lagi kata malu saat aku bercerita tentangnya (read: skoliosis) kepada siapapun. Karena kini bagiku berbeda itu istimewa. Love you, my scoly. Tengkyuuuu Allah, my sweet heart :* Oh iya, setelah menjalani operasi, skoli-ku sudah tak sendiri lagi. Kini ia punya sahabat yang akan menopangnya hingga aku tutup usia. Titan, itu namanya. Titan adalah implant yang terpasang disepanjang tulang belakangku. Titan akan membantuku menjaga skoli dari dalam disepanjang usiaku :)

Ketika menginjak bangku SMA, Alhamdulillah, aku diterima di sekolah Madrasah Aliyah Negeri, MAN 4 Jakarta namanya. Aku bersyukur diterima di sekolah tersebut. Karena dari situlah, awal permulaan aku memutuskan memakai kerudung dengan tidak lepas pakai. Tepatnya ketika SMA kelas 2. Karena sudah terbiasa memakai kerudung setiap hari saat ke sekolah dan berkumpul atau belajar kelompok dengan anak-anak MAN di luar jam sekolah, aku jadi mulai terbiasa memakai kerudung. Rasanya malu kalau mau keluar rumah tanpa memakai kerudung. Tapi pada saat itu, hijab yang aku kenakan masih sangat jauh dari syari'at. Aku masih pakai kerudung yang bahannya menerawang, masih pakai celana jeans atau skinny jeans, yang pastinya membentuk lekuk kakiku. Tapi untuk atasan, aku sudah terbiasa dengan ukuran yang lebih besar dari ukuran badanku. Itupun karena aku merasa kurang nyaman kalau memakai pakaian yang nge-pas di badan yang bentuknya asimetris. Aku juga sempat mencoba model kerudung gaul. Alhamdulillahnya hal itu hanya aku lakukan 1 kali.

Tahun 2012 adalah awal perjalanan hijrahku. Tepatnya beberapa bulan setelah aku menjalani operasi skoliosis tgl 9 Mei 2012. Aku membaca salah satu buku novelet dan antologi cerpen karya Helvi Tiana Rosa yang berjudul Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali. Ada salah satu cerita di buku tersebut yang membuat hatiku -  entah mengapa - tergerak untuk mengenakan kerudung di dalam rumah. Setelah aku mulai mengenakan kerudung di dalam rumah, banyak protes datang dari ibu dan adikku. Mereka risih melihatku mengenakan kerudung di dalam rumah. Kata mereka: "Kalau di dalam rumah, kerudungnya lepas aja sih, teh. Gerah ngeliatnya". Sedih rasanya mendengar mereka berkata seperti itu. Apalagi protes mereka tidak hanya sampai disitu. Saat aku memutuskan untuk memakai kaus kaki saat keluar rumah, mereka juga protes. Mereka menganggap aku berlebihan. Keluar rumah ke tetangga sebelah aja harus pakai kaus kaki. Padahal aku bukan berlebihan, tapi itu memang kewajiban. Karena kaki juga termasuk aurat, jadi harus ditutup. Saat mereka berkomentar, aku berusaha tenang & mencoba untuk menjelaskan perlahan pada ibu dan adikku.

Pada tahun 2013, aku mulai mengikuti akun twitter ustadz yang fenomenal pada saat itu, Ust. Felix siauw namanya. Banyak kata-kata tausiyah di akun twitter beliau yang membuat saya sedikit demi sedikit tersadar bahwa ilmu saya tentang islam amat sangat kurang sekali. Dari akun twitter, buku yang beliau tulis (Udah Putusin Aja! & Yuk Berhijab!), dan seminar/kajian beliau yang aku ikuti, aku jadi tahu bahwa pacaran dalam islam itu tidak ada dan saya juga - akhirnya - tahu mengenai hukum berhijab bagi wanita yang dilahirkan islam. Ternyata berhijab bukan hanya sekedar mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, pantas atau tidak pantas. Tapi berhijab bagi muslimah yang sudah baligh, hukumnya adalah wajib. Kewajiban itu bukan dari perintah manusia, namun datang dari yang menciptakan manusia, Allah SWT. Hal itu tertera jelas di dalam al-qur'an (Q.S. Al-Ahzab ayat 59 & Q.S. An-Nur ayat 31). Aku juga baru tahu bahwa ternyata berhijab pun ada aturannya. Aturan tersebut juga dijelaskan didalam surat cinta-Nya (Al-Qur'an), yaitu tebal atau tidak menerawang, harus menutup dada, longgar dan tidak memperlihatkan lekuk tubuh, tidak menyerupai pakaian non muslim, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak berpunuk unta, tidak ber-tabarruj, dan lillah. Juga harus menggunakan kaus kaki, karena kaki wanita juga termasuk aurat. Sebagaimana tertera dalam hadits riwayat abu daud yang menjelaskan bahwa aurat wanita adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan. 

Sejak saat itu, aku mulai membenahi cara berhijabku yang masih sangat berantakan. Proses itu berjalan perlahan, setahap demi setahap, hingga saat ini. Awalnya aku mengganti kerudung parisku dengan hijab yang lebih tebal. Aku menggantinya dengan khimar (kerudung) bolak-balik yang sudah jadi satu. Setelah itu, aku bertahap lagi, menanggalkan jeans dan celana pensilku. Sudah aku pensiunkan mereka :D. Aku sudah tidak memakainya sama sekali. Hanya celana longgarku yang masih aku pertahankan (sekarang aku gunakan untuk pakaian rumah atau dalaman). Semakin banyak membaca, semakin aku belajar, semakin banyak ilmu yang aku dapatkan tentang cara berhijab yang sesuai dengan syari'at Allah SWT. Hatiku mulai gak enak. Ada perasaan aneh ketika aku menggunakan khimar (kerudung) panjang & lebar, tapi masih memakai celana. Dengan mengucap basmallah, hari itu, aku mulai menanggalkan celana. Karena celana menyerupai pakaian laki-laki. Aku mulai belajar memakai rok dan berkaus kaki. Meskipun aku bukan termasuk gadis tomboi, bagiku rok adalah hal yang tidak biasa aku kenakan. Aku memakai rok hanya saat pergi ke sekolah. Karena di benakku saat itu, menggunakan rok bikin ribet, gak bisa bebas bergerak. Tapi sekarang, justru aku lebih merasa nyaman dan aman dengan memakai rok. Sejak saat itu, penampilanku mulai tampak berbeda. Diawal masa perubahan penampilanku, ada perasaan malu dan takut. Takut diejek orang-orang sekitarku. Benar saja, hari pertama aku berpenampilan berbeda, beberapa orang di tempat aku kerja banyak yang mengejek. Ada yang bilang, aku kayak santriwati, ibu-ibu badan amil zakat, ustadzah, dsb. Tapi semua itu tidak aku masukkan ke dalam hati. Jika ada yang berkomentar yang macam-macam, senyuman manis adalah senjata ampuh menepis rasa ragu dan pesimis. Kalau komentar mereka baik, aku aminkan dalam hati. Dan kembali lagi pada niat awalku. Aku seperti ini karena aku mau belajar jadi hamba-Nya yang taat. Allah udah Maha Baaaiiiiiiikkkkkkkk Bangeeeeetttttttt sama aku, masa hanya diperintahkan berhijab yang sesuai syari'at, aku gak mau. Padahal Allah udah ngasih aku banyak nikmat yang tak kan pernah bisa dihitung jumlahnya dengan kalkulator manusia. Salah satunya, Allah udah ngasih aku kehidupan kedua pasca operasi dan banyak lagi kebaikan-kebaikan yang udah Allah kasih, mulai dari pertama kali aku mengembuskan napas ke dunia hingga saat ini. Aku juga ingin menjadi investasi akhirat untuk bapak dan ibuku. Aku tak mampu membahagiakan mereka dengan harta, jadi aku berusaha membahagiakan mereka dengan belajar menjadi anak yang shalihah. Semoga karenanya, kedua orang tuaku bisa bahagia sampai ke surga Allah Ta'ala & bisa membanggakan mereka dihadapan Allah, insya Allah, Aamiin Allahumma Aamiin...

Selain itu, aku juga mulai belajar membiasakan memakai gamis kalau keluar rumah. Sama seperti memakai rok, awalnya ribet, sering keinjek, tapi lama-lama karena sudah biasa, jadi terbiasa. Rasanya sangat nyaman menggunakannya. Malah sekarang jadi ketagihan pakai gamis :D Seperti kata pepatah, ala bisa karena biasa :)

Hingga saat aku menulis kisah ini, aku masih dan akan terus berproses memperbaiki diri. Mulai dari penampilan, perilaku, pergaulan, dan akhlak. Bismillah.... Dear Allah, my sweet heart, mohon kuatkan langkahku untuk istiqomah dalam kebaikan dan ketaatan kepada-Mu dan Rasul-Mu. Semoga kelak, aku dapat menjadi salah satu penghuni surga-Mu dan dapat menjadi tiket ke surga untuk orang-orang tercintaku, terutama ibu dan bapakku, Aamiin Allahumma Aamiin....

Siapapun yang membaca kisahku ini, do'a-kan aku istiqomah, ya :)
Untuk semua muslimah yang belum berhijab, agar bersegera.
Yang sudah berhijab agar berhijab sesuai syariah.
Dan untuk yang sudah berhijab syar'i selalu istiqamah
Aamiin Allahummah Aamiin....

Untuk semua muslimah yang dengan keikhlasan hatinya, sabar melewati tantangan-tantangan berhijab syar'i, jangan pernah berhenti melangkah, sampai kita semua berhenti di depan pintu yang sama. Surganya Allah, Aamiin Allahumma Aamiin :')
readmore »»  
Love is...
© Rumah Aksara Richita - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace