Sumber : http://kolombloggratis.blogspot.com/2011/03/cara-membuat-readmore-otomatis-di-blog.html#ixzz2MUKihpy6

Pages

Minggu, 25 Desember 2011

Berbeda Itu Istimewa (Part 2)


Hari-hariku bersama si skoli

Setelah divonis sebagai penderita skoliosis, hari-hariku tak ada yang berubah, aku tetap bermain bersama teman-temanku tanpa mempedulikan skoliku. Mungkin karena waktu itu tulang punggungku belum begitu parah bengkoknya, jadi belum terlalu kelihatana, sehingga aku belum mempermasalahkan masalah skoliku. Tapi ya jujur aja, rasa minder itu pasti ada, apalagi pada dasarnya aku anaknya pemalu, pendiam dan ga PD-an. Mungkin karena postur tubuh aku yang tingginya tak sesuai dengan usiaku pada saat itu, jadi aku merasa minder jika harus berhadapan dengan teman-teman sebayaku. Bahkan tinggi badanku kalah dengan tinggi badan adikku, padalah adikku usianya 2 tahun dibawah aku.

Kemudian aku dan keluargaku mulai sibuk mencari pengobatan alternatif kesana kemari tanpa henti dengan harapan semoga saja skoliku bisa sembuh tanpa harus di operasi. Dengan bantuan informasi dari beberapa tetangga dan keluarga, akhirnya kami mengetahui ada pengobatan alternatif di daerah serua yang tak jauh dari daerah rumahku. Nama pengobatannya adalah Eyang Agung. Beliau terkenal dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang sudah parah. Akhirnya aku dan ibuku memutuskan untuk mencoba pengobatan alternatif tersebut. Setiap seminggu sekali, ibuku selalu setia mengantarkan aku untuk pergi berobat kesana. Disana, tahap pengobatannya ada 2 tahap. Tahap pertama, kaki aku harus di olesi minyak sembari di pijat-pijat oleh terapis yang ada disitu. Setelah itu, aku harus menunggu antrian lagi untuk melakukan tahap yang kedua. Di tahap yang kedua ini, giliran pundak dan punggung aku di pijat-pijat oleh sang pemilik pengobatan atau eyang agungnya sendiri. Setelah kurang lebih 2 tahun aku berobat di pengobatan alternatif tersebut, aku ga ngerasain adanya perubahan yang berarti pada tulang punggungku. Selain itu, di pengobatan alternatif tersebut aku diharuskan meminum ramuan yang terbuat dari jahe yang sudah dihaluskan, dan ramuan itu harus aku minum setiap malam. Hmmm rasanya ga enak banget, udah pahit, terus perutku juga terasa panas setelah meminum ramuah jahe tersebut. Karena menurut amih, jahe itu ga bagus untuk rahim, aku pun memutuskan berhenti meminum ramuan jahe tersebut.  Dan pada akhirnya aku dan ibuku pun memutuskan untuk berhenti melakukan pengobatan tersebut, karena kami pikir percuma saja kalau memang ga ada hasilnya.

Lalu aku mencoba pengobatan-pengobatan alternatif lainnya. Mulai dari yang di pijat-pijat menggunakan tangan, batu giok (terapi ceragem master), sampai meminum air putih yang sudah dibacakan do’a. Mulai dari yang didalam kota sampai keluar kota. Mulai dari yang biayanya cuma-cuma, sukarela, sampai yang biayanya lumayan mahal (menurutku). Ada salah satu pengobatan alternatif yang membuat aku sangat takut, lokasinya di cirebon, tapi aku ga tahu apa nama tempat pengobatan alternatif itu. Ceritanya, ketika aku lulus SMA, aku di bawa sama tante ku ke cirebon untuk mencoba pengobatan alternatif di sana. Disana, pengobatannya ga jauh berbeda dengan pengobatan-pengobatan sebelumnya, yaitu di pijat. Tapi yang bikin aku kaget, ternyata di pijatnya harus lepas sebagian baju sama pakaian dalam aku. Kalau yang ngelakuin terapinya perempuan sih ga apa-apa deh, tapi ini laki-laki, mas-mas lagi. Huuaaaa tidaaaaakkkkk. Tapi demi menghargai usaha tanteku yang sudah capek-capek membawaku ke tempat alternatif itu, akhirnya aku mau.  Cara pemijatannya, sebelum di pijat, punggungku di tempelin handuk yang sudah direndam di air panas. Hmmmm ga usah ditanya deh gimana rasanya. Rasanya panaaaaasssss bangeeetttt. Aku aja ga ngerti kenapa mas-mas yang ngobatin aku kok tangannya ga berasa panas ya, padahal tangannya di celupin ke baskom yang berisi air panas. Air PANAS loh, bukan air hangat. Hmmmm…… Tapi yang bikin aku lebih takut lagi, pas di pijatnya sakit banget. Mungkin karena terapisnya laki-laki kali ya, jadi tenaga super extra. Padahal kan yang dipijatnya perempuan. Ga punya perasaan banget sih tu mas-mas. Huh! Karena kapok dan ga ingin melakukan pengobatan itu lagi, akhirnya aku bilang sama tanteku kalau aku ga mau ngelanjutin terapinya. Akhirnya cuma satu kali datang, aku langsung kapok dan ga mau balik lag. Untung aja tanteku mau menuruti keinginanku, akhirnya kita mutusin untuk balik lagi ke Jakarta.

Pengobatan terakhir yang aku jalanin, yaitu pengobatan Tungmei Body Repair. Aku dapat info pengobatan alternatif itu dari internet. Karena penasaran, akhirnya aku coba. Setelah coba pertama kali, ternyata enak juga, enak banget malah. Abis terapi itu, pegel-pegel nya langsung ilang, meskipun seseknya masih ada sih. Tapi agak sedikit sakit sih, cuma masih bisa di tahan. Karena terapisnya ibu-ibu, jadi ya kalau aku udah ngerasa sakit, aku suruh bilang, supaya dia memperlahan pijatannya. Tapi karena biayanya yang lumayan mahal setiap kali pertemuan, akhirnya aku memutuskan untuk berhenti melakukan pengobatan tersebut.

Hari-hariku memang agak sedikit berbeda setelah beberapa tahun terakhir ini aku merasa bahwa kelainanku sudah bertambah parah, tepatnya ketika SMA. Sepertinya tulangku semakin bengkok. Hal itu terasa karena aku sudah merasa tak nyaman mengenakan baju yang biasa aku pakai, baik itu baju sekolah maupun baju main biasa. Aku jadi merasa sangat minder, pada dasarnya memang aku anaknya pemalu sih. Tapi setelah aku tahu bahwa ada kelainan pada tubuhku semakin bertambah parah, aku jadi merasa makin minder & malu untuk berhadapan dengan orang lain. Tapi aku bersyukur, lingkungan sekitar rumahku tak mempermasalahkan kelainan yang pada tulang belakangku ini. Memang mereka tidak tahu semua, tapi diantara mereka yang mengetahui, mereka bersikap biasa saja dan bisa menerima aku apa adanya. Alhamdulillah, aku tak pernah mendengar para tetanggaku mencemoohku, apalagi dengan membawa-bawa kelainanku ini. Justru diantara mereka yang tahu, mereka malah memberikan perhatian yang lebih kepadaku. Ada juga beberapa diantara mereka yang memberikan informasi pengobatan alternatif yang mungkin dapat menyembuhkan skoliku ini. Tapi walaupun mereka tidak mempermasalahkan skoliku ini, aku tetap saja minder jika bertemu dengan mereka. Aku pun pernah mengalami pengalaman yang sangat tidak mengenakan ketika aku melayani pembeli yang membeli di warung milik orang tuaku. Pada saat itu, ada seorang nenek-nenek yang usianya belum terlalu tua membeli minyak tanah di warung milik orang tuaku, dan ketika aku melayaninya, otomatis aku melayani dengan posisi yang membungkuk karena posisi drum minyak tanahnya lebih rendah. Alhasil nenek itupun melihat kelainan yang ada di tulang punggungku. Kemudian nenek itupun bertanya “punggungnya kenapa? Kok nonjol?” sontak aku pun kaget setengah mati. Aku hanya bisa tersenyum ketika nenek itu bertanya demikian. Sejak saat itu, aku gak mau melayani pembeli yang membeli minyak tanah. akhirnya sejak saat itu, setiap ada yang beli minyak tanah, aku langsung memanggil ibuku. Untungnya aku memiliki ibu yang sangat sangat pengertian. Senaaannngggnyaaaa memiliki ibu seperti beliau :)  

Berbeda dengan lingkungan rumahku, kalau di lingkungan tempat aku sekolah tidak ada yang tahu satu pun tentang skoliku ini. Baik mulai dari teman SD, SMP maunpun SMA. Entah apa jadinya jika mereka tahu tentang skoliku ini. Tapi ketika aku kuliah, ada beberapa temanku yang tahu tentang skoliku ini. Itu pun mereka tahu tanpa disengaja. Mereka tahu tentang skoliku, ketika aku lagi wudhu di musholah kampus. Pas aku membungkuk, temanku ada yang usil buka kerudung aku. Terus teman yang mengantri di belakangku melihat punggungku yang sebelah kanan lebih menonjol dari pada punggung sebelah kiri. Karena penasaran, akhirnya dia menanyakan tentang keanehan yang ada pada punggungku itu. Tapi aku hanya tersenyum dan menjawab ala kadarnya. Karena percuma saja kalau aku beri tahu panjang lebar, toh ia juga ga akan mengerti. Untungnya temanku itu menerima jawabanku yang ala kadarnya tanpa menyambung dengan pertanyaan-pertanyaan lain.

Ketika aku lulus SMA, aku pernah gabung di suatu komunitas fans club gitu, nama fans clubnya Pemuja Mahadewi. Dari situ, aku jadi mengenal lebih banyak lagi teman-teman baru. Entah mengapa, ketika pertama kali aku bertemu dengan mereka, perasaanku biasa aja. Ga ada perasaan malu atau apa. Tapi kalau pendiamnya sih tetep. Selalu mereka yang memulai pembicaraan Hehee.. Mungkin karena keinginanku yang sudah menggebu karena ingin bertemu dengan artis idolaku, jadi aku lupa sama rasa malunya. Hohoo.. Waktu pertama kali bertemu dan kenal sama temen-temen fans club aku itu, perasaannya seperti bertemu teman lama yang udah lama ga bertemu, terus bertemu lagi. Aku sangat bersyukur dapat bertemu dan kenal dengan mereka. Karena mereka dapat menerima aku apa adanya tanpaa mempedulikan perbedaan fisik yang ada pada diriku. Dulu, mereka tak tahu tentang kelainanku ini dan aku berusaha menutupi punggungku dengan mengenakan pakaian yang cukup besar agar kelainan ku tak kelihatan.  Karena jika mereka tahu, aku takut mereka akan menjauh dariku dan ga mau lagi berteman dengan manusia cacat seperti aku. Karena aku ga mau kehilangan teman, sahabat, sekaligus kerabat seperti mereka yang sudah mengajarkan aku tentang arti kebersamaan yang sesungguhnya. Mereka juga adalah obat di kala semangatku tengah sekarat. Jika aku sedang berada di tengah-tengah mereka, perasaanku yang awalnya bad mood, jadi berubah happy. Pokoknya perasaannya seneeeeennngggg aja kalau lagi ngumpul sama mereka. Tapi, dengan berjalannya waktu, dan dengan pencerahan dari buku yang menceritakan kisah para skolioser (sebutan untuk penderita scoliosis), akhirnya aku memberanikan diri untuk bilang ke beberapa sahabat PM ku dan sahabat-sahabatku yang lain, meskipun perasaan was-was itu masih ada. Karena aku berpikir, toh kelainanku ini bukanlah aib yang harus aku tutup-tutupi. Tapi maksud aku memberitahukan kelainanku ini kepada mereka, bukan karena ingin di kasihani. Karena aku bukanlah perempuan lemah yang harus di kasihani.  Aku hanya ingin mereka tahu tentang kelainanku ini, karena aku ingin ber. Aku ga nyangka sama respon yang mereka berikan setelah tahu tentang kelainanku ini. Ternyata respon mereka sangat positif. Mereka masih mau menerimaku sebagai teman mereka, meski mereka sudah tahu kondisi fisikku yang sebenarnya. Justru mereka malah memberikan semangat untukku. Bahkan ada 1 sahabat PM ku yang sudah aku anggap seperti kk ku sendiri, ia bersedia untuk mengantarkan aku kontrol pertama kali ke rumah sakit, setelah bertahun-tahun tidak melakukan kontrol. Dia begitu baik padaku, tapi aku sudah terlalu sering merepotkan dia. Itu yang membuat aku merasa nyaman memiliki sahabat sekaligus kerabat seperti mereka. selain kehangatan yang selalu mereka hadirkan setiap kali kami bercengkrama, namun perhatian dan kepedulian tak henti mereka berikan. Mungkin menurut mereka hal ini sangatlah biasa, tapi menurut aku ini adalah hal yang sangat luar biasa. Aku jadi bisa merasakan bagaimana diperhatikan oleh figur seorang kakak, apalagi kakak perempuan. Impian yang sudah dari dulu aku nanti-nantikan, memiliki kakak perempuan yang sayang dan perhatian.

Selain melakukan pengobatan alternatif kesana kemari, aku juga melakukan renang secara rutin setiap seminggu sekali. Bersama kakak, adik, sepupu dan ponakanku, aku rutin melakukan renang di beberapa tempat yang berbeda. Selain ibu, mereka termasuk sosok-sosok yang setia menemaniku dalam berusaha untuk bisa lepas dari skoliku tanpa harus di opersasi. Waktu itu skoliku masih belum terlalu parah, masih ga begitu keliatan, jadi aku ga begitu malu harus renang dihadapan orang-orang normal. Meskipun sebenarnya rasa malu itu pasti ada, tapi ga sebesar seperti sekarang, ketika derajat skoliku sudah semakin besar. Tapi semenjak aku memutuskan untuk mengenakan kerudung, tepatnya ketika aku kelas 2 SMA, aku sudah tidak aktif lagi melakukan renang.

Bersambung bagian 3
readmore »»  

Berbeda Itu Istimewa (Part 1)


Awal perkenalanku dengan skoliosis

“Chi, kok pundaknya miring sebelah deh?”. Itulah kata-kata yang terlontar dari bibir seorang gadis remaja yang tak lain adalah kakak sepupuku sendiri. Kata-kata itu secara spontan keluar dari mulutnya ketika ia melihat ada perbedaan yang menonjol pada pundakku pada saat aku sedang bermain dengannya dan juga adik ku beserta sepupu2ku yang lainnya. Setelah mendengar pertanyaan sepupuku itu, aku pun kaget dan gak percaya. Dalam hati aku pun bertanya “masa sih?”. Sontak aku pun langsung bilang pada ibu. Karena ibuku tak tahu harus berbuat apa, akhirnya ibu menyuruhku untuk bilang pada amih (tante) ku. Setelah bilang amih, akhirnya amih berinisiatif untuk membawaku ke rumah sakit untuk diperiksa apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhku.

Selang beberapa hari, aku dan amih berkunjung ke rumah sakit Fatmawati untuk melakukan kontrol. Setelah berjam-jam menunggu, akhirnya namaku dipanggil juga untuk segera masuk ke ruang dokter. Didalam ruangan itu, sudah ada dokter yang sudah siap memeriksaku. Karena dokter yang memeriksaku lumayan ganteng & baik banget, yang tadinya aku takut masuk ruangan itu, tiba-tiba rasa takutku jadi hilang deh. Hehee.. Setelah amih menceritakan apa yang terjadi padaku, kemudian dokter langsung menyuruhku berdiri dan membungkuk untuk memeriksa punggungku. Kemudian dokter pun langsung memeriksa punggungku menggunakan sebuat alat yang aku pun tak tahu apa nama alat itu. Setelah dilakukan pemeriksaan, akhirnya dokter mendiagnosaku bahwa terdapat kelainan pada tulang belakangku. Dokter bilang tulang belakangku miring kesamping. Pada saat dokter bicara seperti itu, aku kaget setengah mati, jantungku serasa mau copot. Pada saat itu usiaku masih sangat belia, yaitu masih berumur 13 tahun. Sontak aku kaget bukan main, diusia yang masih belia seperti itu, aku sudah didiagnosa menderita kelainan pada tulang belakangku, suatu kelainan yang dulu pernah kupelajari pada saat aku duduk dibangku kelas 4 SD, namun aku masih belum begitu paham tentang kelainan tersebut, karena yang dijelaskan di sekolah hanya sekilas saja. Tapi aku gak mau menunjukkan ke amih bagaimana perasaanku pada saat itu. Aku berusaha biasa-biasa saja, seolah aku gak kenapa-napa.Untuk meyakinkan diagnosanya, akhirnya dokter menyuruhku untuk melakukan foto rontgen.

Pada hari itu juga, aku dan amih langsung menuju instalasi radiologi untuk melakukan foto rongten. Di ruang radiologi, aku langsung disuruh melepas semua pakaianku, sampai kalung, cincin, dan jam tangan yang aku kenakan pun harus dilepas. Jujur, aku sangat kaget dan takut ketika akan memasuki ke ruangan itu, karena aku baru pertama kali masuk ke ruang radiologi, jadi perasaan was-was selalu menyelimuti hatiku mulai dari awal masuk ruangan sampai selesai punggungku difoto. Pokoknya waktu itu dag dig dug ser banget deh rasaannya. Hehee. Setelah melepas semua yang menempel pada tubuhku, mulai deh punggung aku di foto dengan 6 gaya yang berbeda. Udah kaya model ya punggungku. Hehee.. Singkat cerita, setelah punggungku difoto, beberapa hari kemudian aku langsung balik lagi ke dokter yang waktu itu memeriksaku, dan dokter langsung melihat hasil rontgenku dan juga memperlihatkannya padaku dan juga amih. Pada saat itu aku dan amih kaget melihat tulang belakangku meliuk-liuk membentuk huruf S. Setelah dokter melihat hasil rontgenku, dokter langsung menyimpulkan bahwa aku menderita skoliosis. Dalam hati aku bertanya-tanya kok bisa ya tulang belakangku meliuk-liuk seperti itu? Lalu apa itu skoliosis? Meski dulu aku sempat mempelajarinya, namun aku masih belum begitu paham tentang kelainan scoliosis tersebut. Seolah mendengar isi hatiku, tiba-tiba amih molontarkan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan hatiku pada dokter. Bukannya menjawab dengan lugas, dokternya malah balik bertanya pada kami, “dulunya pernah jatuh ga?”. Hmmm ternyata dokternya pun belum bisa memastikan penyebab tulang belakangku dapat meliuk-liuk seperti itu. Dokter hanya mengatakan bahwa hal itu dapat terjadi dengan berbagai macam dugaan, bisa karena posisi duduk yang salah, karena waktu kecilnya pernah jatuh, karena terlalu sering membawa beban terlalu berat sebelah dan banyak lagi perkiraan-perkiraan yang lainnya.

Pada saat itu, dokternya pun tak menjelaskan lebih detail tentang skoliosis. Beliau bilang kalau skoliosis itu adalah kelainan pada tulang belakang yang mengakibatkan tulang miring kesamping kanan atau kiri. Tapi aku lupa waktu derajat kemiringanku berapa. Yang ku ingat, pada saat itu, dokter langsung menyarankan aku untuk melakukan operasi. Waw, aku langsung kaget hampir mati. Belum hilang perasaan kaget setelah diagnosa tadi, sekarang aku harus merasakan kaget yang tak kalah luar biasanya lagi setelah mendengar saran dokter barusan. Dalam hati, aku berkata kalau aku gak mau di operasi, selain biayanya yang selangit, resiko operasinya juga gak kalah nyeremin. Karena tetangga aku pernah punya pengalaman yang gak enak setelah menjalankan operasi, tapi dia operasi kaki. Bukannya sembuh, eh kakinya malah jadi pincang sebelah. Aku gak mau nasibku seperti dia. Dalam hati sebenarnya ingin sekali menangis dan berteriak ke mereka kalau aku gak mau di operasi. Tapi lagi-lagi aku berusaha tenang di depan amih dan sang dokter, aku gak mau terlihat cengeng di depan mereka atau siapa pun. Mungkin karena amih juga gak mau aku harus menjalankan operasi, akhirnya amih bertanya pada dokter apakah ada alternatif lain selain operasi. Dan dokternya pun bilang, kalau gak mau di operasi, alternatif lainnya aku disarankan untuk memakai brace yang waktu itu harganya berjuta-juta. Hmm jujur kalau dari keluarga aku pribadi, gak akan mampu untuk beli brace itu. Selain itu, bracenya harus digunakan selama 23 jam, hanya dilepas pada saat mandi. Pasti sangat menyiksa. Selain menyiksa fisikku, pemakaian brace itu pasti juga akan menyiksa batinku, karena orang-orang yang tak tahu tentang keadaanku, pasti akan menganggap aku manusia robot. Hmmmmm…. ngebayanginnya aja aku ga kuat, apalagi kalau aku harus benar-benar menggunakan brace tesebut. Namun, dokter memberikan alternatif ke2 selain memakai brace, yaitu berenang. Akhirnya aku dan keluargaku memutuskan untuk melakukan renang saja secara rutin setiap 1 minggu sekali dan juga mencoba pengobatan-pengobatan alternatif kesana kemari dengan harapan mudah-mudahan aku bisa sembuh dari skoli ku ini tanpa harus melakukan operasi yang super duper nyeremin itu.

 Bersambung bagian 2
readmore »»  

Keke, you are inspiration in my life ;)


Gita sesa wanda cantika alias keke adalah gadis belia yang cantik fisik, kaya hati, dan penuh inspirasi. Ia adalah salah satu sosok inspiratif dalam hidupku. Kisah hidupnya yang penuh dengan perjuangan dalam melawan sakit yang ia derita, telah menjadi penyemangat jiwaku dalam menghadapi “keistimewaan” yang Allah berikan pada ku.
Aku sangat ingin seperti keke, yang tetap dan selalu tegar bagaikan karang ditengah lautan. Seberat apa pun kehidupan dunia yang harus ia jalani, namun ia tetap tegar dan semangat menghadapi “keistimewaan” yang telah Allah beri. Sekalipun harus menahan rasa sakit yang luar biasa dan rasa malu atas cemo’ohan2 yang mau tak mau harus ia terima dari orang2 sekitar ketika melihat wajahnya yang tidak lagi sempurna akibat dari penyakit yang di deritanya.
Aku sangat ingin seperti keke, yang tak lelah berjuang untuk menjadi anak yang berprestasi agar dapat membanggakan dan membahagiakan kedua orang tua, keluarga, sahabat2, serta orang2 yang mencintai dan ia cintai, sekalipun rasa sakit yang luar biasa tengah meliputinya.
Keke, meski kau telah tiada, namun nama mu akan tetap selalu ada di hati kami, orang-orang yang mencintaimu.
Terima kasih keke….. secara tak langsung, kau telah memberikan semangat kepada ku dalam menghadapi “keistimewaan” ku. Meski kita tak pernah saling mengenal, bahkan belum pernah bertatap muka sekalipun, namun do’a ku untuk mu insya allah akan slalu aku panjatkan di setiap sujud ku. kepada-Nya Semoga kau disana hidup bahagia di syurganya Allah SWT yang penuh dengan keindahan dan kenikmatan yang abadi dan tak terhingga. Aamiin :)
Terima kasih juga untuk kak Agnes Davonar (Penulis Buku Surat Kecil Untuk Tuhan), yang telah mengangkat kisah hidup keke ke dalam sebuah novel yang kemudian ceritanya diangkat kedalam sebuah layar lebar, hingga pada akhirnya aku serta sebagian orang di negeri ini menjadi tahu seperti apa perjuangan hidup seorang gadis belia yang bernama Gita Sesa Wanda Cantika alias keke.
Keke aja mampu menghadapi ujian yang jauh lebih berat dari aku, kenapa aku ga?
Aku harus bisa menjadi seperti keke. Keterbatasan yang aku miliki tak boleh menghalangi ku untuk meraih apa yang aku mau dan meraih apa yang menjadi impianku. Karena aku yakin, dibalik kekurangan ku pasti ada kelebihan yang aku miliki. Aku ingin bisa memberikan kebahagiaan dan kebanggaan kepada kedua orang tuaku, keluarga besarku, sahabat2ku, teman2ku dan semua orang yang mengenalku Aku tak ingin terus merepotkan mereka. Aku sadar bahwa selama ini aku selalu merepotkan mereka, orang-orang di sekelilingku dan kini saatnya aku harus bangkit dan terus semangat untuk bisa mewujudkan semua impianku itu. Kalo kata pak Isya Alamsyah (Penulis Buku Best Seller No Excuse!) --> “Orang gagal mencari-cari alasan untuk sukses, Orang sukses berhenti mencari-cari alasan”. So, kalo aku mau sukses, aku harus berani mencoba. Karena tanpa mencoba, aku tak akan tahu sejauh mana potensi yang aku punya. Sejenak, aku harus lupakan ketidak sempurnaanku. Toh, yang membedakan aku dengan mereka yang normal hanyalah tulang belakangku. Alhamdulillah, seluruh anggota tubuhku yang lain masih dapat aku gunakan dengan baik :)
Aku yakin, suatu saat nanti, aku pasti bisa seperti keke :)
Untuk keke yang saat ini berada di syurga Allah, do’akan aku yaaaa, agar aku mampu menjadi seperti kamu :)
Luv u so much keke cantik, kaya hati, penuh prestasi ^_^
Tengkyuuuuuu sooo much Allah My Sweet Heart ^_^
readmore »»  
Love is...
© Rumah Aksara Richita - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace