Sumber : http://kolombloggratis.blogspot.com/2011/03/cara-membuat-readmore-otomatis-di-blog.html#ixzz2MUKihpy6

Pages

Rabu, 04 April 2012

Bingkisan Kecil Untuk Pelangi


            Cerita hari ini, tanggal 14 februari 2012, bertepatan dengan hari pertambahan usia salah satu sahabat yang sudah aku anggap seperti kakakku sendiri. Seorang sahabat yang sangat perhatian padaku. Perhatiannya padaku layaknya perhatian seorang kakak kepada adik kandungnya sendiri. Bahkan perhatiannya padaku selama ini, melebihi perhatian dari kedua kakakku yang super duper cuek. Mungkin karena mereka berjenis kelamin laki-laki, jadi mereka kurang peka terhadap apa yang selama ini aku butuhkan. Bukan uang. Bukan juga berlian. Hanya satu yang kuinginkan, sebuah perhatian, yang meskipun secuil, tapi akan sangat berarti dalam hidupku yang sesaat didunia ini.
            Perhatian yang diberikan oleh kak Resta, sahabat sekaligus kakak yang super duper baik, membuat hatiku tergerak untuk memberikan sebuah kejutan sederhana yang ingin kupersembahkan tepat dihari ulang tahunnya yang memasuki usia seperempat abad itu. Sebuah kejutan sederhana melalui sebuah kiriman bingkisan kecil, yaitu dua buah buku baru yang bernuansa islami. Secara garis besar, dua buku tersebut mengajarkan tentang arti penting sehelai kain yang seharusnya ringan disematkan dikepala para muslimah, guna untuk menutupi mahkota indah yang dimiliki oleh mereka. Namun terasa berat mempraktekannya, jika hati dan pikiran masih diselimuti dengan sejuta alasan yang bersifat duniawi. Ia adalah jilbab. Aku berharap, dua buku tersebut dapat menjadi jalan penghubung untuk kak Resta agar dapat terus semangat memperbaiki Iman dan Islamnya. Karena aku pun belajar banyak dari dua buku tersebut. Belajar tentang makna hidup dan kehidupan. Belajar tentang makna mati dan kematian. Dua buku tersebut mengajarkan juga tentang pergaulan yang seperti apa yang seharusnya dijalani dan yang seharusnya dihindari. Satu alasan mengapa aku memberikan dua buah buku tersebut, yaitu karena aku ingin melihat kak Resta selalu bahagia, tak hanya didunia, tetapi insya Allah bahagia diakhirat juga. Aamiin..
            Tiga hari sebelum memasuki tanggal 14 februari, aku mulai menghubungi nomor kontak sebuah publishing house yang sudah sangat ternama. Aku memesan dua buku tersebut melalui pesan singkat yang ditujukan kepada admin dari publishing house tersebut.
            Keesokan harinya. Ketika jam dinding sekolah tempat aku bekerja telah menunjukkan pukul 12 siang. Ketika para karyawan tengah asik melahap makan siangnya. Aku berjalan sendiri menyusuri jalan yang semraut karena dipadati oleh lalu lalang para pejalan kaki dan beberapa pedagang yang menggelar barang dagangannya dibahu jalan. Ditambah dengan kendaraan umum yang seenak jidat parkir disembarang tempat. Hingga membuat suasana jalan dekat pasar tersebut menjadi kacau balau tak karuan. Tanpa lelah, aku terus melangkah, hingga sampailah disebuah BANK swasta yang lokasinya tak jauh dari sekolah tempat aku bekerja.
            Sesampainya di BANK tersebut, mau tak mau, suka tak suka, aku harus rela turut serta mengantri untuk mentrasfer nominal uang sejumlah yang telah ditentukan oleh pihak publishing house tersebut, guna untuk membayar dua buah buku yang aku pesan. Untung saja jumlah antrian pada saat itu tidak terlalu banyak. Jadi aku tidak perlu menghabiskan waktu terlalu lama untuk menunggu hingga tiba saatnya giliranku maju menuju salah satu teller di BANK tersebut.
            Dua hari berikutnya, ketika aku baru saja selesai melaksanakan shalat dhuha disekolah, tiba-tiba terdengar alunan nada syahdu penyejuk kalbu. Alunan nada bernuansa islami, yang pernah dipopulerkan oleh Opick dan Amanda. Jelas sekali terdengar. Sepertinya aku tahu darimana suara tersebut berasal. Ya, suara tersebut berasal dari handphoneku, yang menandakan bahwa ada panggilan masuk yang seolah memanggilku tanpa jemu untuk segera mengangkat telepon genggamku. Nada panggilan itu bordering berkali-kali.
            Setelah aku rapih mengenakan jilbabku, kulihat handphoneku, kutatap dengan seksama siapa gerangan seseorang yang sedikit mengganggu do’aku kala ku tengah bersujud pada penciptaku. Saat kulihat, ternyata nama kontak yang menghubungiku itu adalah kak Resta. Sahabat sekaligus kakakku yang super duper baik. Yang hari ini tengah menikmati pertambahan usianya yang ke-25.
            Tanpa pikir panjang, aku langsung menerima panggilan tersebut dengan sapaan khasku.
“Hallo.. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”. Terdengar sebuah suara diujung telepon menjawab salamku. Sebuah suara yang sudah tak asing lagi ditelinga.
“Ada apa kak? Tumben telepon?”. Tanyaku heran, karena aku belum tahu bahwa paket buku yang kupesan untuk sahabatku ternyata sudah sampai.
“De, lo pesen buku lagi ya?”. Bukannya menjawab pertanyaanku, kak Resta malah balik bertanya dengan nada yang penuh kebingungan. Karena ternyata ia telah menerima paket buku yang dikirimkan oleh pihak publishing house tempat aku membeli dua buah buku yang aku tujukan kepada kak Resta, guna untuk memberikan kejutan sederhana melalui bingkisan kecil tersebut.
“Hihiii iya kak. Mutia beli buku lagi. Udah sampe ya paket bukunya?”
“Udah de. Kok lo nggak bilang-bilang gue dulu sih kalo lo mesen buku lagi. Kan gue jadi bingung de”
“Hehee, maaf kak. Muti sengaja nggak bilang-bilang kakak. Soalnya muti pengin ngasih kejutan sederhana buat kakak”. Jawabku sambil mesam mesem sendirian dibalik telepon genggamku.
“Kejutan sederhana? Maksud lo de”. Tanya kak Resta dengan nada yang tak kalah kebingungan. Entah karena memang kak Resta masih belum mengerti. Entah karena kak Resta pura-pura tak mengerti.
“Iya kakak. Paket buku itu bingkisan kecil dari Muti untuk kakak. Bingkisan kecil itu adalah bentuk kejutan sederhana dari Muti kak. Heheheee” Jawabku.
“Ya ampun de. Harusnya lo nggak perlu repot-repot ngasih kejutan buat gue segala lagi de. Lain kali nggak usah ya de”
“Nggak apa-apa kok kakak. Justru Muti seneng ngelakuin ini. Lagian kejutan yang Muti kasih buat kakak, nggak ada apa-apanya dibandingin sama kasih sayang dan perhatian yang kakak kasih buat Muti selama ini. Bingkisan kecil itu juga sebagai kenang-kenangan dari Muti buat kakak” Kataku seraya menyunggingkan senyum.
            Sejenak percakapan terhenti seketika. Hingga akhirnya aku membuka dialog berikut melanjutkan percakapan tersebut.
“Mudah-mudahan kakak suka ya sama bingkisan kecil dari muti dan yang paling penting semoga bingkisan kecil itu bisa bermanfaat buat kehidupan kakak. Aamiin”
“Aamiin.. Makasih banyak ya de. Gue jadi nggak enak nih sama lo. Selama ini gue sayang dan perhatian sama lo, itu tulus karena gue udah nganggep lo kayak ade gue sendiri de. lo tau itu kan de?”
“Iya kak. Muti tau kok. Tau banget malah. Tapi nggak ada salahnya kan kalo Muti pengin ngasih kenang-kenangan sederhana tapi sarat makna buat sahabat sekaligus kakak yang sangat Muti cinta?. Mumpung napas ini masih berhembus. Mumpung jantung ini masih berdetak. Dan mumpung mata ini belum tertutup rapat untuk selamanya. Nggak salah kan kak?”. Tanyaku
Suasana kembali hening seketika. Tak terdengar suara apa pun diujung telepon sana.
“Kak?” Kataku memastikan bahwa telinga kak Resta masih setia mendengarkan suaraku dibalik teleponnya.
“Ya, de”. Suara tak asing itu kembali terdengar ditelingaku.
“Kok diem kak?” Tanyaku heran.
“Nggak apa-apa kok de. Tadi gue cuma terharu aja denger kata-kata lo de. Sampe nggak bisa berkata-kata gue. Hehee. Gue nggak nyangka de, ternyata segitu sayangnya lo ke gue. Padahal perhatian yang gue kasih cuma perhatian kecil”
“Perhatian kecil, tapi penuh arti dalam hidup Muti kak” Jawabku lugas.
“Oh iya, bukunya jangan lupa dibaca ya kak” Sambungku berusaha mengingatkan.
“Oke de. Pasti gue baca kok” Jawab kak Resta singkat penuh semangat.
“Sekali lagi makasih banyak ya de. Ya udah, udahan dulu ya teleponannya. Gue takut ganggu lo lagi kerja. Hehee. Assalamu’alaikum adeku yang baik”
“Wa’alaikummussalam kakakku yang super duper baik” Jawabku mengakhiri percakapan antara aku dan kak Resta sore itu.
            Senang rasanya mendengar kata-kata kak Resta yang kudengar barusan. Meski hanya melalui udara dan tak sempat bertatap muka. Dimata hatiku, sahabat adalah pelangi yang selalu setia menghiasi langit hati ini dengan canda tawa yang mereka beri. Dan kak Resta adalah salah satu dari sejuta pelangiku. Dan dalam hidupku, sahabat adalah kerabat yang selalu dekat meski raga tak selalu sempat menghadap. Kehadirannya selalu terlihat oleh mata hati, meski raganya tak dapat terlihat oleh mata duniawi.
Semoga bingkisan untuk pelangiku, yaitu kak Resta, dapat memberikan sejuta makna dalam kehidupannya didunia maupun diakhirat kelak. Aku juga berharap, semoga dua buah buku dalam bingkisan kecil tersebut dapat menyampaikan pesan yang terpendam dalam hati dan pikiran ini. Sebuah pesan yang sulit terungkap karena perasaan tak enak.

readmore »»  
Love is...
© Rumah Aksara Richita - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace