Sumber : http://kolombloggratis.blogspot.com/2011/03/cara-membuat-readmore-otomatis-di-blog.html#ixzz2MUKihpy6

Pages

Rabu, 28 November 2012

Peluruh Keluh

Hanya yang mengalami yang mampu memahami apa yang dirasakan raga ini. Mereka adalah saudara tak sedarah yang senasib seperjuangan. Mereka adalah saudara skolioser-ku. Yang selalu berjuang melawan segala "rasa" yang kadang menyerang. Selalu berusaha kuat, meski tak semudah yang diucap.

Tapi mereka yang tidak mengalami, mampu membuat "rasa itu" bersembunyi dibalik canda tawa dan semangat yang mereka beri. Mereka adalah saudara tak sedarah yang mampu mengubah mendung di hati menjadi pelangi. Mengubah kelabu menjadi warna-warni. Mereka adalah sahabat pelangiku yang sudah ku anggap seperti kerabat.

Bintang yang selalu bersinar di hati ini juga mampu membuat gulita menjadi pelita karena sinar cantik yang ia miliki. Ia adalah bintang hatiku, Tata Janeeta, yang selalu memberi semangat melalui goresan tinta, suara dan kecantikan hatinya.

Diantara mereka, ada dua sosok yang paling istimewa. Malaikat tanpa sayap. Pahlawan tanpa tanda jasa. Bidadari penyejuk hati penyemangat jiwa. Mereka adalah ibu dan tanteku (amih) yang selalu setia mengiringi langkah kaki ini. Hingga hidup sebuah angan yang tak pernah ada dalam daftar mimpi.

Support dari saudara sedarah dan keluarga, tingkah polah malaikat2 kecil tak berdosa, juga turut serta membuat duka lara menjadi suka cita.

Sosok-sosok inspiratif yang tak ku kenal, tak luput pula dari daftar penyemangat jiwa. Mereka adalah manusia-manusia hebat dengan "perjuangan hidup" yang berat. Namun mampu untuk tetap kuat dan semangat. Hingga ajal mendekap tubuh ringkih mereka yang tengah berusaha untuk tetap tegak.

Aku bersyukur, aku jauh lebih beruntung. Kakiku masih bisa melangkah. Mataku masih bisa menatap dunia. Telingaku masih bisa mendengar suara. Tanganku masih bisa mengukir aksara. Mulutku masih bisa mengucap kata. Meski dengan tulang belakang yang tidak sempurna.

Aku juga sangat bersyukur karena memiliki dan mengenal mereka. Harta berharga, hadiah Sang Kuasa. Sosok penyembuh jiwa yang sempat rapuh. Obat dikala semangat tengah sekarat. Berkat mereka, keluhku melebur. Terserap oleh rasa syukur. Berkat mereka, aku mampu mengubah derita menjadi bahagia. Tak sempurna menjadi istimewa.

Allah my sweetheart, terima kasih atas anugerah cinta yang Engkau berikan melalui mereka, orang tua, keluarga, kerabat, serta sahabat. Tak akan mampu aku membalas jasa yang telah mereka berikan. Hanya sebuah untaian do'a yang mampu aku panjatkan. Jaga mereka dari hal-hal yang membuatMu murka. Dari hal-hal yang Engkau tak suka. Berikan selalu yang terbaik dalam hidup mereka. Hingga tutup usia, aamiin.

Meski mereka tak pernah menempatkan namaku dalam hati, aku tak peduli. Bagiku, mereka tetap sangat berarti dalam hati dan hidup ini. Nama dan jasa mereka, akan ku ukir dalam hati. Ku rekam dalam memori. Dan ku abadikan dalam album kehidupanku, diary.

Allah yang Maha Baik, aku masih menanti hadiah lain dari-Mu. Seorang pangeran hati. Pendamping hidup hingga surga firdausi. Insya Allah, aamiin. Juga malaikat kecil yang keluar dari rahimku, nanti. Malaikat kecil peramai hari dikala sepi. Penghibur hati dikala pilu menghampiri ^_^
readmore »»  

Minggu, 11 November 2012

Semanis Senyum Senja

Senja. Begitu aku memanggilnya. Sosok gadis Bali yang ayu. Dengan balutan pakaian sederhana. Ditambah dengan hiasan senyum manis yang selalu terlukis diwajahnya. Membuat mata hatiku terperangkap oleh pesonanya.

Senyuman. Itulah balasan yang ia berikan. Setiap kali aku menyapanya disebuah pantai paling ternama di Bali, Kuta. Sebuah tempat yang mempertemukan aku dan Senja. Disanalah aku mengenal sosok gadis yang kuat dan selalu semangat dalam menjalani hidup dengan ketidaksempurnaan yang dimilikinya.

Disuatu senja. Ketika aku tengah asyik menikmati indahnya langit jingga di pantai Kuta. Tiba-tiba datang dirinya. Duduk di atas pasir pantai. Tak jauh dari posisi aku berada. Ia asyik menulis di atas sebuah buku berukuran sedang berwarna biru muda. Sambil sesekali menatap lepas langit jingga. Dengan mengulum senyum yang membuat wajahnya seindah senja. Aku rasa buku itu adalah diary. Entah apa yang ia torehkan di atas kertasnya. Yang pasti, ia tampak asyik sendiri. Tanpa memedulikan bahwa ada seseorang selain dia disana, yaitu aku.

Satu hari aku bertemu dengannya, tidak membuat rasa penasaranku tergelitik. Aku tetap tak acuh terhadapnya. Namun, ku akui senyuman itu telah membuat hati ini meleleh. Baru kali itu aku melihat senyum tulus terbit dari wajah seorang wanita, selain Mamah. Teman-teman wanitaku tersenyum hanya jika ada maunya. Tidak berbeda dengan Gita, mantan kekasihku. Yang hanya tersenyum merayu saat ingin dibelikan sesuatu.

Hari demi hari, kuhabiskan sore di pantai Kuta. Hanya untuk dapat menatap indahnya senja. Dan setiap kali aku mendatangi pantai Kuta, gadis itu selalu ada. Masih tetap dengan kebiasaannya. Namun hari itu, ia tampak berbeda. Wajahnya terlihat murung. Seperti sedang ada masalah. Ia menulis seraya menatap jingga pada senja. Namun kali itu dengan tatapan yang kosong. Seperti ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Namun sulit untuk mengutarakannya.

Rasa penasaranku akhirnya tergelitik juga. Aku menghampirinya dan menyapa dengan basa-basi sekenanya.
"Hai, aku Reifan. Tapi biasa dipanggil Rei" Kataku memulai percakapan.
Namun Senja hanya diam dan tersenyum menatap wajahku.
"Kamu... Suka senja juga ya? Habis hampir setiap senja aku kesini, kamu selalu ada".
Aku terus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Namun respon Senja hanya diam dengan menyunggingkan senyuman. Saat aku menanyakan namanya, ia langsung beranjak pergi.
"Cewek yang aneh" Gumamku dalam hati.

Keesokan sore, tidak kutemui lagi sosok Senja. Entah ia kemana. Hatiku mulai berbisik "Apa karena pertanyaanku kemarin ya, sampai-sampai dia nggak mau datang kesini lagi".
Sudah satu minggu aku tidak dapat menatap wajahnya. Wajah dengan senyuman semanis senja. Tanpa sadar, ada rasa rindu tumbuh didalam hatiku. Rindu akan kehadiran sosok Senja. Meski hanya kebisuan yang aku dapatkan darinya. Namun senyuman itu yang membuat rindu ini tak dapat dimusnahkan. Senyuman yang memberi sejuk pada jiwa yang gersang. Hatiku merasa kehilangan.

Dua minggu berlalu. Akhirnya sosok itu kembali hadir dihadapanku. Sosok yang sangat aku rindu. Tidak seperti biasanya. Waktu itu aku lihat ia sudah lebih dulu berada di pantai Kuta. Padahal sebelumya, selalu aku yang nomor satu berada disana. Beberapa menit sebelum senja menampakkan wajahnya.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menghampirinya.
"Hai, kamu kemana aja? Kok baru kelihatan lagi sih?". Kataku.
"Oh iya. Aku panggil kamu Senja aja ya. Habis kamu nggak mau ngasih tahu nama kamu sih. Aku kan jadi bingung manggilnya. Gmn? Boleh nggak aku panggil Senja?".
Lagi dan lagi. Ia hanya mampu terdiam membisu seraya mengulum senyum manisnya. Sejujurnya aku sangat kesal atas sikapnya itu. Ingin rasanya meninggalkan dia dan tidak mengacuhkannya. Tapi aku tidak bisa. Rasa penasaran dihati ini terlalu kuat untuk mengalahkan rasa kesalku.

Senja mencoba menulis sesuatu diatas kertasnya. Kemudian ia menyodorkan tulisan itu kehadapanku dengan maksud agar aku dapat membacanya. Setelah aku baca, baru aku tahu bahwa Senja tak dapat bicara. Melalui tulisan, ia bercerita bahwa dua minggu yang lalu, ayahnya telah dipanggil Sang pemilik kehidupan. Itulah yang menyebabkan ia harus absen menatap senja. Ia harus mengurus pemakaman dan pengajian untuk almarhum ayahnya. Serta kedua adiknya yang masih berusia tanggung. Ibunya telah lebih dulu pergi menghadap illahi. Beberapa saat setelah melahirkan adik ke-2 nya. Membuat Senja harus ekstra kerja keras mengurus semua. Sendirian. Karena kini, ayahnya pun telah pergi menyusul ibunya.

Senja, kamu memang tidak sempurna. Namun, justru ketidaksempurnaanmu yang membuat dirimu tampak sempurna. Kekuranganmu adalah kelebihan dimataku. Ditambah dengan senyuman semanis senja yang selalu terbit diwajah cantikmu. Hingga membuat kamu terlihat mempesona dimata hatiku. Aku cinta kamu Senja. Cinta akan kekurangan yang kamu miliki. Kesederhanaan yang menghiasi diri. Serta senyuman semanis senja yang membuat dirimu istimewa dihati ini.
readmore »»  

Jumat, 09 November 2012

Sepucuk Surat Hati

Sepucuk surat
Mewakili suara hati
Berkata lirih
Namun penuh arti

Sepucuk surat
Tertulis rapih
Berharap kau memahami
Setiap kata yang terukir di atas kertas putih

Saat bibir kelu
Saat mulut malu berseru
Sepucuk surat adalah senjata ampuh
Bersuara melalui aksara

Agar kata
Tak lagi luruh
Dimakan malu
Tak lagi hilang
Ditelan bimbang

Sepucuk surat
Juru bicara hati
Pemandu kata
Penguak rasa
readmore »»  
Love is...
© Rumah Aksara Richita - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace