Pagi yang cerah. Secerah
cuaca hatiku hari ini. Mentari pun seolah ikut tersenyum senang menatap langit
hatiku yang tengah diliputi awan keceriaan. Hati yang cerah ini tak hadir
begitu saja. Ia hadir dengan sejuta alasan kebahagiaan. Diantaranya, karena hari
ini aku akan bertemu kembali dengan bintang hatiku yang sudah cukup lama tak
bertatap muka. Dia adalah Tata Janeeta. Selain itu, hari ini juga aku akan
bertemu dengan pelangi yang juga sangat ku rindu. Mereka adalah teman, sahabat
sekaligus kerabat PM. Senang rasanya dapat melepas rindu dengan orang-orang
yang kusayang.
Sebelum aku bertemu dengan
bintang dan pelangiku di siang hari, pagi harinya aku harus melasanakan
kewajibanku untuk membagi ilmu pada salah satu murid lesku. Setelah ku
kerjakan semua tugas rumahku, aku pamit pada ibu dan bapak untuk berangkat
menuju tempat ku mengajar les privat.
Dengan penuh semangat empat
lima dan senyum yang menghias di wajah, aku berjalan menyusuri perumahan dan
pasar dekat rumahku. Pagi ini suasana pasar tampak lebih ramai dari hari-hari
biasanya. Hingga membuatku sulit berjalan ditengah keramaian para pembeli yang
tengah sibuk menawar dan penjual yang tengah asyik menjajakan barang dagangan.
Namun bayangan akan mereka, bintang dan pelangiku, membuatku bersemangat untuk
melenyapkan semua keluh.
Setelah kurang lebih dua jam
aku melakukan kewajibanku membagi ilmu, kini saatnya aku berangkat menuju
tempat yang sudah ditetapkan untuk berkumpul sebelum berangkat menuju lokasi
acara. Karena jadwal mengajarku sedikit meleset, melebihi batas waktu yang
sudah aku perkirakan, alhasil aku jadi agak telat sampai tempat ketemuan.
Tetapi syukurnya teman-teman PM yang lain bersedia menunggu hingga aku datang.
Uuuuhhhh baiiiikkkknyaaa merekaaa.
Untuk mengejar waktu,
akhirnya aku pun memutuskan untuk naik ojek. Sesampainya aku ditempat janjian,
ternyata masih ada dua teman kami yang belum datang. Kami pun harus menunggu
mereka terlebih dahulu, baru bisa berangkat. Setelah beberapa menit kami
menunggu, akhirnya dua teman kami yang ditunggu-tunggu datang juga. Kami pun
langsung tancap gas berangkat menuju lokasi acara. Dengan semangat membara,
kami beriringan mengendarai kendaraan roda dua menuju Mall Kelapa Gading,
tempat idolaku beraksi menunjukkan pesona sinar bintangnya.
Setelah menempuh perjalanan
kurang lebih selama dua jam, akhirnya kami sampai juga di lokasi acara.
Ternyata, di lokasi acara sudah ada beberapa teman-teman PM yang lain, yang
sudah datang lebih dulu. Kami pun saling bersalaman dan menanyakan kabar,
karena sudah cukup lama juga kami tak bersua. Akhirnya rasa rinduku pada mereka
terlampiaskan sudah. Senang rasanya dapat berkumpul dan bercengkrama kembali
dengan sahabat sekaligus kerabat PM ku. Mereka adalah pelangiku yang selalu
setia membawa warna keceriaan.
Ternyata penampilan Mahadewi
meleset selama setengah jam dari jadwal yang sudah di beritahukan sebelumnya
oleh manager Mahadewi. Tapi tak apa.
Demi idola, aku rela menunggu. Menunggu selama berjam-jam, asalkan bersama
teman-teman PM, rasa jenuh selama menunggu pun enggan untuk hadir. Yang ada
hanya tawa canda menghiasi obrolan kami siang ini.
Setelah cukup lama menunggu,
akhirnya MC dari acara tersebut menyebut nama yang sudah cukup lama kami
tunggu, MAHADEWI. Dua bintang yang kami tunggu-tunggu pun muncul ke atas
panggung dan para penonton mulai mendekat menuju panggung untuk melihat aksi
duo yang sudah malang melintang menunjukkan aksi panggung dan suara mereka ke
penjuru Indonesia dan beberapa Negara lainnya.
Mahadewi pun tampil dengan
sangat memukau. Penampilan awal mereka di buka dengan salah satu lagu andalan
mereka, yaitu ayang-ayangku. Dengan penuh semangat, mereka mengajak para
penonton untuk menari dan bernyanyi bersama. Teman-teman PM pun tak mau
ketinggalan. Mereka adalah penonton pertama yang mendekati panggung saat nama
Mahadewi disebut oleh si pembawa acara. Terkecuali aku. Aku lebih memilih
melihat performance mereka dari jauh.
Entah alasan apa yang membuatku enggan mendekat menuju panggung. Aku pun tak mengerti
alasan apa yang membuatku menepis genggaman tangan salah satu teman PM ku yang
berusaha mengajakku untuk mendekat menuju bibir panggung. Aku malah menolak dan
lebih memilih kembali ke belakang, tempat awal aku berdiri memandang aksi sang
bintang dari kejauhan. Masih cukup terlihat sih, tapi agak buram. Hal itu
disebabkan karena memang mataku yang sudah tidak normal (baca: minus). Meskipun begitu, aku tetap tak
bergeming meninggalkan tempat aku berdiri. Aku tetap memilih untuk tidak
mendekat. Entah hal apa yang membuat aku seperti itu. Aneh memang. Aku pun
berpikiran seperti itu. Namun, otakku kehabisan akal untuk mencari alasan yang
tepat atas sikapku saat itu.
Satu persatu, lagu-lagu andalan
telah mereka bawakan dengan apik. Ditambah dengan suara merdu yang khas yang
dimiliki oleh masing-masing personel,
hingga membuat lagu-lagu tersebut menjadi luar biasa dinyanyikan oleh mereka.
Setelah delapan buah lagu dinyanyikan secara apik oleh dua wanita cantik, aku
dan teman-teman PM pun berhamburan keluar mall. Menunggu sang bintang di depan
pintu masuk mall.
Kami menunggu dengan sabar.
Dan akhirnya bintang yang ditunggu-tunggu pun keluar. Bintang pertama yang keluar
dan menyapa kami adalah teh Purie, salah satu personel Mahadewi yang juga aku sayangi. Meskipun ia bukan idolaku,
namun rasa sayangku terhadapnya sama besar seperti rasa sayangku terhadap
bintang hatiku, tata janeeta.
Teh Purie pun menyapa dan
menyalami kami satu persatu. Hingga tiba giliranku bersalaman dengannya. Teh Purie
menyalamiku sambil cipika cipiki, kemudian berkata “Hey, apa kabar?”. Senangnyaaaa.
Ternyata teh Purie masih mengingatku, bahkan ia menanyakan kabarku. Meski aku
akui, terkadang teh Purie suka cuek terhadap aku dan teman-teman PM yang lain saat
kami bertemu, namun di mataku, teh purie tetap bintang cantik yang baik.
Selang beberapa menit teh Purie
pulang meninggalkan kami di pelataran mall, bintang hatiku yang telah lama aku
tunggu-tunggu, akhirnya keluar juga dari tempat persembunyiannya. Hihihiii..Sangat
cantik. Itulah dua kata yang terlintas dalam benak ini kala menatap wajah
bintang hatiku yang ayu dari jarak dekat. Semua teman-teman PM pun berebut
mendekat untuk dapat memeluk erat teteh cantik (baca: Tata Janeeta)
Sinar hati teteh cantik yang
membuat pesona bintangnya berbeda dari bintang lainnya dan membuat sinarnya tak
pernah pudar dimata para penggemar, termasuk aku. Sehingga tak heran jika teh
Tata memiliki cukup banyak penggemar dari berbagai kalangan. Sinar bintang
teteh cantik selalu tampak indah di mata ragaku dan mata hatiku. Sinarnya kan
slalu abadi menyinari hati ini.
Pelukan erat teman-teman PM
kali ini, bukanlah pelukan kebahagiaan. Melainkan pelukan kesedihan. Karena
hari ini adalah hari terakhir penampilan teh Tata bersama Mahadewi. Esok dan
seterusnya, teh Tata mulai mencoba mengepakkan sayapnya sendirian di blantika
musik Indonesia, atau dengan kata lain ia akan bersolo karier. Terhitung sejak
tanggal 3 Maret lalu, teh Tata sudah resmi melepaskan diri dari baying-bayang
Mahadewi, sebuah group vocal duo yang unik dan menarik yang telah ikut andil
membesarkan namanya di blantika musik Indonesia. Sayang. Itulah kata yang terlintas
dalam benakku ketika mendengar kabar tersebut. Aku rasa teman-teman yang lain
juga berpikiran seperti itu. Mengingat perbedaan suara yang dimiliki oleh
masing-masing personel, hingga nama
Mahadewi pun mampu tetap bertahan di tengah-tengah persaingan vocal group
yang semakin menjamur.
Tapi apa boleh buat. Aku dan
teman-teman PM tak mampu menghalau keputusan bulat yang sudah diambil teh Tata.
Hanya do’a yang mampu kami panjatkan untuk mereka. Semoga keputusan yang teh Tata
ambil adalah keputusan yang terbaik buat semua dan semoga mereka berdua tetap,
selalu, dan semakin sukses di jalan mereka masing-masing. Aamiin.
Peluk haru dan hujan air
mata menghiasi pertemuan kami hari ini. Langit pun seolah ikut merasakan apa
yang kami rasakan. Ia ikut menitikkan buliran air yang satu persatu mulai
berjatuhan membasahi bumi.
Tak seperti mereka,
teman-teman PM yang hampir sebagian meneteskan air mata kesedihan, saat itu aku
hanya mampu terdiam tanpa kata dan air mata kala menatap mereka yang tengah menangis
haru di pelukannya teh Tata. Mata ini memang tak menunjukkan kesedihannya,
namun dalam hati ini, rasa sedihku juga sama seperti mereka. Namun aku berusaha
untuk tetap tersenyum agar air mata ini tetap bertahan di pelupuk mata. Aku
hanya tak ingin menambah air mata kesedihan di hadapan mereka, apalagi di depan
bintang hatiku. Sebenarnya aku tak ingin melihat air mata jatuh membasahi pipi
bintang dan pelangiku. Yang aku inginkan kala itu adalah menatap senyum manis
seorang Tata Janeeta yang tak pernah bosan menghiasi wajahnya yang ayu tiap
kali kami bertemu.
Setelah cukup lama kami
bercengkrama dengan teh Tata, akhirnya teh Tata pun pamit untuk pulang. Sebelum
pulang, seperti biasa, teh Tata pun tak lupa menyalami kami satu persatu sambil
cipika cipiki. Saat teh tata menyalami aku, aku hanya mampu tersenyum malu. Tak
ada satu kata pun yang mampu terucap dari mulut ini. Hanya senyuman yang mampu
tersungging dari bibir ini. Bagiku, senyuman adalah senjata ampuh untuk menghalau
air mata ini keluar dari pelupuk mata hingga tak mengalir membasahi pipi. Biarlah
ia mengalir hanya dalam hati. Cukup aku dan Allah yang mengetahui rasa
dalam hati ini.
Begitulah #CeritaHariIni, 11
maret 2011. Pagi hari yang ku awali dengan senyum keceriaan, namun sore hari
harus ku tutup dengan senyum kesedihan.
NB: PM ---> Nama Fans Club dari Mahadewi