Sumber : http://kolombloggratis.blogspot.com/2011/03/cara-membuat-readmore-otomatis-di-blog.html#ixzz2MUKihpy6

Pages

Rabu, 21 Maret 2012

Sosok penyemangat dan penyelamatku

Pelukan cinta tulus dari malaikat tanpa sayap, sentuhan kasih sayang dari pelangiku yang slalu setia membawa warna keceriaan dan pancaran sinar terang dari bintang yang kusayang adalah 3 alasan yang membuatku tetap kuat dan semangat berjuang melawan aral yang merintang dalam hidupku yang tak selamanya damai. Tanpa mereka, mungkin kini aku sudah tenggelam dalam lautan keterpurukan. Lautan kelam yang dulu sempat aku arungi, namun Alhamdulillah tak sampai aku selami.

Tengkyuuu Allah my sweet heart, Kau telah hadirkan mereka dalam hidupku. Mereka adalah salah satu bentuk kasih sayangMu kepadaku. Ditengah rasa sakit yang dirasakan raga ini, Kau hadirkan sosok penyembuh jiwa yang sempat rapuh. Hingga rasa sakit ini tak begitu terasa, karena jiwa ini selalu merasa bahagia akan kehadiran mereka.
Aku mohon padaMu ya Allah., jaga dan lindungilah selalu mereka dari hal-hal yang tak Kau sukai dan dari hal-hal yang tak diinginkan. Limpahkanlah selalu berkah dan rahmatMu kepada mereka. Aku berharap, aku dapat berkumpul kembali dengan mereka, orang-orang yang kucintai, di surgaMu yang begitu indah yang didalamnya terdapat begitu banyak kenikmatan dan kebahagiaan yang tak kan pernah sirna meski masa tlah tiada.
readmore »»  

Dua Makna dari Sebuah Senyuman


Pagi yang cerah. Secerah cuaca hatiku hari ini. Mentari pun seolah ikut tersenyum senang menatap langit hatiku yang tengah diliputi awan keceriaan. Hati yang cerah ini tak hadir begitu saja. Ia hadir dengan sejuta alasan kebahagiaan. Diantaranya, karena hari ini aku akan bertemu kembali dengan bintang hatiku yang sudah cukup lama tak bertatap muka. Dia adalah Tata Janeeta. Selain itu, hari ini juga aku akan bertemu dengan pelangi yang juga  sangat ku rindu. Mereka adalah teman, sahabat sekaligus kerabat PM. Senang rasanya dapat melepas rindu dengan orang-orang yang kusayang.
Sebelum aku bertemu dengan bintang dan pelangiku di siang hari, pagi harinya aku harus melasanakan kewajibanku untuk membagi ilmu pada salah satu murid lesku. Setelah ku kerjakan semua tugas rumahku, aku pamit pada ibu dan bapak untuk berangkat menuju tempat ku mengajar les privat.
Dengan penuh semangat empat lima dan senyum yang menghias di wajah, aku berjalan menyusuri perumahan dan pasar dekat rumahku. Pagi ini suasana pasar tampak lebih ramai dari hari-hari biasanya. Hingga membuatku sulit berjalan ditengah keramaian para pembeli yang tengah sibuk menawar dan penjual yang tengah asyik menjajakan barang dagangan. Namun bayangan akan mereka, bintang dan pelangiku, membuatku bersemangat untuk melenyapkan semua keluh.
Setelah kurang lebih dua jam aku melakukan kewajibanku membagi ilmu, kini saatnya aku berangkat menuju tempat yang sudah ditetapkan untuk berkumpul sebelum berangkat menuju lokasi acara. Karena jadwal mengajarku sedikit meleset, melebihi batas waktu yang sudah aku perkirakan, alhasil aku jadi agak telat sampai tempat ketemuan. Tetapi syukurnya teman-teman PM yang lain bersedia menunggu hingga aku datang. Uuuuhhhh baiiiikkkknyaaa merekaaa.
Untuk mengejar waktu, akhirnya aku pun memutuskan untuk naik ojek. Sesampainya aku ditempat janjian, ternyata masih ada dua teman kami yang belum datang. Kami pun harus menunggu mereka terlebih dahulu, baru bisa berangkat. Setelah beberapa menit kami menunggu, akhirnya dua teman kami yang ditunggu-tunggu datang juga. Kami pun langsung tancap gas berangkat menuju lokasi acara. Dengan semangat membara, kami beriringan mengendarai kendaraan roda dua menuju Mall Kelapa Gading, tempat idolaku beraksi menunjukkan pesona sinar bintangnya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama dua jam, akhirnya kami sampai juga di lokasi acara. Ternyata, di lokasi acara sudah ada beberapa teman-teman PM yang lain, yang sudah datang lebih dulu. Kami pun saling bersalaman dan menanyakan kabar, karena sudah cukup lama juga kami tak bersua. Akhirnya rasa rinduku pada mereka terlampiaskan sudah. Senang rasanya dapat berkumpul dan bercengkrama kembali dengan sahabat sekaligus kerabat PM ku. Mereka adalah pelangiku yang selalu setia membawa warna keceriaan.
Ternyata penampilan Mahadewi meleset selama setengah jam dari jadwal yang sudah di beritahukan sebelumnya oleh manager Mahadewi. Tapi tak apa. Demi idola, aku rela menunggu. Menunggu selama berjam-jam, asalkan bersama teman-teman PM, rasa jenuh selama menunggu pun enggan untuk hadir. Yang ada hanya tawa canda menghiasi obrolan kami siang ini.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya MC dari acara tersebut menyebut nama yang sudah cukup lama kami tunggu, MAHADEWI. Dua bintang yang kami tunggu-tunggu pun muncul ke atas panggung dan para penonton mulai mendekat menuju panggung untuk melihat aksi duo yang sudah malang melintang menunjukkan aksi panggung dan suara mereka ke penjuru Indonesia dan beberapa Negara lainnya.
Mahadewi pun tampil dengan sangat memukau. Penampilan awal mereka di buka dengan salah satu lagu andalan mereka, yaitu ayang-ayangku. Dengan penuh semangat, mereka mengajak para penonton untuk menari dan bernyanyi bersama. Teman-teman PM pun tak mau ketinggalan. Mereka adalah penonton pertama yang mendekati panggung saat nama Mahadewi disebut oleh si pembawa acara. Terkecuali aku. Aku lebih memilih melihat performance mereka dari jauh. Entah alasan apa yang membuatku enggan mendekat menuju panggung. Aku pun tak mengerti alasan apa yang membuatku menepis genggaman tangan salah satu teman PM ku yang berusaha mengajakku untuk mendekat menuju bibir panggung. Aku malah menolak dan lebih memilih kembali ke belakang, tempat awal aku berdiri memandang aksi sang bintang dari kejauhan. Masih cukup terlihat sih, tapi agak buram. Hal itu disebabkan karena memang mataku yang sudah tidak normal (baca: minus). Meskipun begitu, aku tetap tak bergeming meninggalkan tempat aku berdiri. Aku tetap memilih untuk tidak mendekat. Entah hal apa yang membuat aku seperti itu. Aneh memang. Aku pun berpikiran seperti itu. Namun, otakku kehabisan akal untuk mencari alasan yang tepat atas sikapku saat itu.
Satu persatu, lagu-lagu andalan telah mereka bawakan dengan apik. Ditambah dengan suara merdu yang khas yang dimiliki oleh masing-masing personel, hingga membuat lagu-lagu tersebut menjadi luar biasa dinyanyikan oleh mereka. Setelah delapan buah lagu dinyanyikan secara apik oleh dua wanita cantik, aku dan teman-teman PM pun berhamburan keluar mall. Menunggu sang bintang di depan pintu masuk mall.
Kami menunggu dengan sabar. Dan akhirnya bintang yang ditunggu-tunggu pun keluar. Bintang pertama yang keluar dan menyapa kami adalah teh Purie, salah satu personel Mahadewi yang juga aku sayangi. Meskipun ia bukan idolaku, namun rasa sayangku terhadapnya sama besar seperti rasa sayangku terhadap bintang hatiku, tata janeeta.
Teh Purie pun menyapa dan menyalami kami satu persatu. Hingga tiba giliranku bersalaman dengannya. Teh Purie menyalamiku sambil cipika cipiki, kemudian berkata “Hey, apa kabar?”. Senangnyaaaa. Ternyata teh Purie masih mengingatku, bahkan ia menanyakan kabarku. Meski aku akui, terkadang teh Purie suka cuek terhadap aku dan teman-teman PM yang lain saat kami bertemu, namun di mataku, teh purie tetap bintang cantik yang baik.
Selang beberapa menit teh Purie pulang meninggalkan kami di pelataran mall, bintang hatiku yang telah lama aku tunggu-tunggu, akhirnya keluar juga dari tempat persembunyiannya. Hihihiii..Sangat cantik. Itulah dua kata yang terlintas dalam benak ini kala menatap wajah bintang hatiku yang ayu dari jarak dekat. Semua teman-teman PM pun berebut mendekat untuk dapat memeluk erat teteh cantik (baca: Tata Janeeta)
Sinar hati teteh cantik yang membuat pesona bintangnya berbeda dari bintang lainnya dan membuat sinarnya tak pernah pudar dimata para penggemar, termasuk aku. Sehingga tak heran jika teh Tata memiliki cukup banyak penggemar dari berbagai kalangan. Sinar bintang teteh cantik selalu tampak indah di mata ragaku dan mata hatiku. Sinarnya kan slalu abadi menyinari hati ini.
Pelukan erat teman-teman PM kali ini, bukanlah pelukan kebahagiaan. Melainkan pelukan kesedihan. Karena hari ini adalah hari terakhir penampilan teh Tata bersama Mahadewi. Esok dan seterusnya, teh Tata mulai mencoba mengepakkan sayapnya sendirian di blantika musik Indonesia, atau dengan kata lain ia akan bersolo karier. Terhitung sejak tanggal 3 Maret lalu, teh Tata sudah resmi melepaskan diri dari baying-bayang Mahadewi, sebuah group vocal duo yang unik dan menarik yang telah ikut andil membesarkan namanya di blantika musik Indonesia. Sayang. Itulah kata yang terlintas dalam benakku ketika mendengar kabar tersebut. Aku rasa teman-teman yang lain juga berpikiran seperti itu. Mengingat perbedaan suara yang dimiliki oleh masing-masing personel, hingga nama Mahadewi pun mampu tetap bertahan di tengah-tengah persaingan vocal group yang semakin menjamur.
Tapi apa boleh buat. Aku dan teman-teman PM tak mampu menghalau keputusan bulat yang sudah diambil teh Tata. Hanya do’a yang mampu kami panjatkan untuk mereka. Semoga keputusan yang teh Tata ambil adalah keputusan yang terbaik buat semua dan semoga mereka berdua tetap, selalu, dan semakin sukses di jalan mereka masing-masing. Aamiin.
Peluk haru dan hujan air mata menghiasi pertemuan kami hari ini. Langit pun seolah ikut merasakan apa yang kami rasakan. Ia ikut menitikkan buliran air yang satu persatu mulai berjatuhan membasahi bumi.
Tak seperti mereka, teman-teman PM yang hampir sebagian meneteskan air mata kesedihan, saat itu aku hanya mampu terdiam tanpa kata dan air mata kala menatap mereka yang tengah menangis haru di pelukannya teh Tata. Mata ini memang tak menunjukkan kesedihannya, namun dalam hati ini, rasa sedihku juga sama seperti mereka. Namun aku berusaha untuk tetap tersenyum agar air mata ini tetap bertahan di pelupuk mata. Aku hanya tak ingin menambah air mata kesedihan di hadapan mereka, apalagi di depan bintang hatiku. Sebenarnya aku tak ingin melihat air mata jatuh membasahi pipi bintang dan pelangiku. Yang aku inginkan kala itu adalah menatap senyum manis seorang Tata Janeeta yang tak pernah bosan menghiasi wajahnya yang ayu tiap kali kami bertemu.
Setelah cukup lama kami bercengkrama dengan teh Tata, akhirnya teh Tata pun pamit untuk pulang. Sebelum pulang, seperti biasa, teh Tata pun tak lupa menyalami kami satu persatu sambil cipika cipiki. Saat teh tata menyalami aku, aku hanya mampu tersenyum malu. Tak ada satu kata pun yang mampu terucap dari mulut ini. Hanya senyuman yang mampu tersungging dari bibir ini. Bagiku, senyuman adalah senjata ampuh untuk menghalau air mata ini keluar dari pelupuk mata hingga tak mengalir membasahi pipi. Biarlah ia mengalir hanya dalam hati. Cukup aku dan Allah yang mengetahui rasa dalam hati ini.
Begitulah #CeritaHariIni, 11 maret 2011. Pagi hari yang ku awali dengan senyum keceriaan, namun sore hari harus ku tutup dengan senyum kesedihan.


NB: PM ---> Nama Fans Club dari Mahadewi

readmore »»  
Love is...
© Rumah Aksara Richita - Template by Blogger Sablonlari - Font by Fontspace